Kamis, 30 Agustus 2012

DKJ novel Competition 2012

Long Time I wasn't blogging in this blog.. Huft..
I'm sorry, because I'm very busy with my new novel.. What is the tittle of that novel?
El and The Guardian Angels..
How about story inside it? I think I can't tell you about this story.. Because El and Guardian Angels had participated in DKJ's Novel Competition 2012.
Please pray for my novel guys.. I hope I can take a part as 4th greatest novel on this Competitions! AMEN! ^^
That's my new entri, I hope I have some projects to start my new 6 months in Gadjah Mada University! Good luck Guys, God bless you all!!

Note: I and my friends wanna create the Writing Club in Gadjah Mada University, Do you part of us? Join soon!! 

Sabtu, 11 Agustus 2012

Serenade Mimpi Here We Goes!


Salam Literasi kawan seluruh INDONESIA!!!


Serenade Mimpi adalah Antologi Cerpen Remaja yang terangkum sangat unik dan apik sekali. Dari 8 cerita yang disampaikan dalam Antologi ini, kedelapan-delapannya adalah cerpen yang sangat bagus karena salah dua dari mereka merupakan peraih karya terfavorit Lomba Menulis Cerpen Remaja Tingkat Nasional yang diadakan PT Rohto 2010 dan 2011 silam. Kedua cerpen itu ialah AKAL KOLANG-KALING, dan KETUPAT SPESIAL.

AKAL KOLANG-KALING mengisahkan anak-anak jalanan yang berada di pinggiran jalan Kota Seni, Jogjakarta. Anak tersebut mengais-ais harapan yang tak pernah kunjung datang hingga ia nekad mengakhiri hidupnya yang penuh derita itu. Dari cerpen ini akan membuat pembaca akan merasakan emosi yang dirasakan oleh anak itu. Ditambah lagi saat adik kecilnya melihat kakaknya yang putus asa.

Lalu pada KETUPAT SPESIAL, diangkat tema pluralisme. Sepasang kekasih yang berbeda agama dan masih muda. Mereka menikmati indahnya berpacaran walau keyakinan mereka berbeda. Saat Idul Fitri, laki-laki yang bernama Algon dalam cerita tersebut memberikan hadiah untuk kekasihnya yang muslim. Hadiah tersebut adalah hadiah yang sederhana namun bermakna sangat dalam untuk hubungan mereka selama ini. Namun di tengah hiruk pikuk halal bihalal ternyata kekasihnya itu hilang. Dan ia mencarinya. Sampai suatu hal ternyata terjadi di hadapan mereka.

Kisah ini cukup mengharukan dari beberapa pembaca yang pernah merespon di beberapa media. Sangat bagus juga dan sempat di-like oleh di Jejaring Sosial seperti Facebook dan Twitter. Dan di Kompasiana pernah di-like beberapa pengakses juga. Ditambah 6 cerpen lain, dan satu cerpen spesial menunggu di akhir Antologi ini

Berikut Testimoni dari para pembaca cerpen:

Medisa Primasari  Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 2011:
            "Cerpen-cerpen yang dirangkai di dalam sini puitis, dan pemilihan diksinya bagus. Ditambah alur ceritanya yang pas."

Nisha Violyta Jurusan Management UPH 2011
            "Damar mampu berimajinasi tinggi tidak hanya drama saja ternyata tetapi juga dalam tulisan. Alurnya juga jelas dan pasti ada akhir yang tak disangka."

Gisella Sunyi Paradewari Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma 2011
            "Cerita-cerita pendeknya bagus-bagus karangan Damar. Terutama yang tentang biola dan musik sangat kreatif dan unik. Dan ada banyak pengetahuan yang dibagi di dalamnya."

M. Haidar Razan Hilmi Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada 2011:
Keren! itu yang saya rasakan bahkan sejak membaca paragraf pertama.
Damar mampu melukiskan bahkan momen-momen yang sangat sederhana dalam untaian kalimat yang
"menyedot" pembacanya dalam pusaran kesyahduan. Seperti momen yang terlalu sederhana semisal "berkeringat dalam kamar kosan yang panas".(Cerpen Arpeggio Harmonic)
Kita dapat merasakan hal itu jikalau kita mampu meresapi segala aspek di luar dari nalar statis dan mulai mencari melankolia yang tercipta, seperti yang dilakukan penulis, keep up the good work!


Cuplikan Akal Kolang-Kaling:
“Ndul, kamu ini tak punya hati apa masak menyuruh anak sekecil itu untuk nyari uang?” tukasku kepada Bedoel yang adalah teman mengamenku di sekitar selokan Mataram ini.
            “Ben lah, sing penting aku iso dapet duit!” serunya tanpa kasihan dengan bahasa jawanya yang agak kasar.
            “Iku kui adhimu, ndul! Ra nduwe isin kowe,” balasku sambil mendorongnya. Kesal sekali jelas. Bagaimana tidak sahabatku yang dari kecil ini menyuruh adiknya mengemis di perempatan biasa kita ngamen.
            “Heh, Jo! Kowe ra ngerti tho? Orang Jakarta itu kalo ngeliat kita ngamen biasa! Disana juga banyak! Tapi kalau ngeliat adikku ini, pasti pada kasihan dan ngasihnya makin okeh!” serunya tak berperasaan. Bagaimana tidak, adiknya saja umurnya belum sampai 4 tahun masak iya sudah disuruh mengemis? Dalam hatiku, aku ingin sekali menampar Bedoel agar ia sadar dari kegilaan akan uang ini.
            “Ndul, sing penting itu bukan duite! Tapi jiwa kamu sebagai masnya itu sudah tidak ada jika kamu hanya menjadikkan adik kamu pengemis!” tukasku kesal langsung menusuk hati nurani Bedoel.
            Bedoel terdiam. Sepertinya aku telah berhasil menampar pikirannya agar sadar. Ia pun berdiri dari trotoar jalanan tempat duduk. Ia pun menatapku dengan pandangan yang agak aneh.
                Cerpen ini mengisahkan cerita anak jalanan di pinggiran kota Jogja. Anak tersebut tak terima akan nasibnya sebagai anak jalanan. Untung saja ada temannya yang selalu setia menemani anak itu. Cerpen ini menjadi salah satu Karya Terfavorit LMCR 2011 kategori Umum tingkat Nasional.



Cuplikan Ketupat Spesial:
    Beberapa hari kemudian, malam takbiran telah tiba. Karena Lebaran besok akan tiba. Aku tahu bahwa Azizah dan ibunya pasti sibuk membuat ketupat lebaran buat besok. Begitu juga dengan aku, aku juga ingin membuat sebuah ketupat spesial buat Azizah. Malam itupun aku yang sudah mempersiapkan bahan-bahannya siap membuatnya bersama dengan adikku, Anastasia. Butuh waktu yang cukup lama untuk membuatnya. Untung saja malam itu aku berhasil membuat satu bakul ketupat spesial.
Esok harinya, aku menunggu shalat idul fitri selesai. Karena habis itu aku hendak ke rumah Azizah untuk bersilahturahmi. Ayah dan ibuku yang sedang pergi ke luar kota tak sempat pulang untuk berlibur lebaran bersamaku. Cukup sedih memang, karena mereka tak bisa menemui keluarga Azizah untuk bersilaturahmi.
Beberapa menit kemudian, seluruh umat muslim sudah keluar dari masjid, tanda shalat sudah selesai. Aku merubah rencanaku. Aku berlari ke luar rumah bersama adikku, dan menunggu Azizah dan keluarganya lewat. Banyak sekali tetanggaku yang lewat. Sehingga aku menyalami mereka dan bersilahturahmi dengan mereka yang lewat. Tak lama kemudian aku melihat sesosok malaikat kecil berkerudung putih memancarkan senyumnya yang manis kepadaku. Ialah Azizah. Ia mendekatiku dan menyapaku
Cerpen yang bertemakan pluralisme ini pernah memenangkan karya terfavorit di LMCR 2010 kategori pelajar SMA yang diadakan Raya kultura bimbingan Ibu Naning Pranoto. Beliau adalah Pengajar Creative Writing sekaligus Juri dalam lomba ini.
Cerpen ini mengangkat kisah cinta dua pelajar yang berbeda agamad dan bagaimana mereka menjalin hubungan bersama.



Cuplikan cerpen Serenade Mimpi:
Bulan berdiri diam di angkasa sana. Meratapi nasibnya yang malang di tengah kegelapan. Begitu juga bintang tampak seperti butiran pasir di lautan kegelapan semesta. Sama halnya di kota ini. Sungai jalanan mengalir deras secara laminer. Mobil-mobil yang hilir mudik di hadapanku tidaklah lebih dari sebuah partikel kecil di saluran ini. Motor apalagi. Gedung-gedung yang berbanjar rapi di seluruh penjuru kota adalah bongkahan-bongkahan batu  jika dlihat dari atas pada siang hari. Apalagi aku. Aku tidaklah lebih dari sebuah amoeba yang berukuran nano.
            Kini aku berdiri di bawah sebuah lampu merah yang merana. Kulihat dingin mencekik setiap pori-poriku.  Wajar aku hanya mengenakan singlet putih yang lusuh. Dengan topi , dan celana aku berkelana di malam yang ramai ini. Demi mencari emas-emas kecil.
            “Mantur nuwun, bu,” tukasku ketika aku selesai mendendangkan gitarku yang kecil ini. Ya, benar aku seorang pengamen jalanan.
            Debu yang tak kelihatan diam-diam menghantam selaput mataku. Aku pun sering sekali mengusap mata disaat lampu lalu lintas menyala hijau.
            Sungguh sedikit sekali hasil tambangku kali ini. Emas yang kuperoleh tidaklah seberat biasanya.  Wajar dewasa ini, banyak orang berpikir bahwa pengemis tidaklah lebih dari seorang pemalas yang tidak bekerja. Atau bahkan banyak orang berpikir pengamen adalah anak-anak yang dipaksa bekerja mencari nafkah oleh orang-orang tuanya yang malas.
Cerpen ini mengajarkan bagaimana kita bisa menghargai buku sebagai ilmu dengan banyak mempelajarinya. Karena mereka yang belum bisa mencicipi buku sangat menginginkannya demi mengubah nasib mereka. Dan kita harus bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Tuhan YME yaitu karunia untuk belajar di Sekolah atau Universitas yang kita inginkan.