Salam Literasi kawan seluruh INDONESIA!!!
Serenade Mimpi adalah Antologi Cerpen Remaja yang
terangkum sangat unik dan apik sekali. Dari 8 cerita yang disampaikan dalam
Antologi ini, kedelapan-delapannya adalah cerpen yang sangat bagus karena salah
dua dari mereka merupakan peraih karya terfavorit Lomba Menulis Cerpen Remaja
Tingkat Nasional yang diadakan PT Rohto 2010 dan 2011 silam. Kedua cerpen itu
ialah AKAL KOLANG-KALING, dan KETUPAT SPESIAL.
AKAL
KOLANG-KALING mengisahkan anak-anak jalanan yang berada di pinggiran jalan Kota
Seni, Jogjakarta. Anak tersebut mengais-ais harapan yang tak pernah kunjung
datang hingga ia nekad mengakhiri hidupnya yang penuh derita itu. Dari cerpen
ini akan membuat pembaca akan merasakan emosi yang dirasakan oleh anak itu.
Ditambah lagi saat adik kecilnya melihat kakaknya yang putus asa.
Lalu
pada KETUPAT SPESIAL, diangkat tema pluralisme. Sepasang kekasih yang berbeda
agama dan masih muda. Mereka menikmati indahnya berpacaran walau keyakinan
mereka berbeda. Saat Idul Fitri, laki-laki yang bernama Algon dalam cerita tersebut
memberikan hadiah untuk kekasihnya yang muslim. Hadiah tersebut adalah hadiah
yang sederhana namun bermakna sangat dalam untuk hubungan mereka selama ini.
Namun di tengah hiruk pikuk halal bihalal ternyata kekasihnya itu hilang. Dan
ia mencarinya. Sampai suatu hal ternyata terjadi di hadapan mereka.
Kisah
ini cukup mengharukan dari beberapa pembaca yang pernah merespon di beberapa
media. Sangat bagus juga dan sempat di-like oleh
di Jejaring Sosial seperti Facebook dan Twitter. Dan di Kompasiana pernah di-like beberapa pengakses juga.
Ditambah 6 cerpen lain, dan satu cerpen spesial menunggu di akhir Antologi ini
Berikut
Testimoni dari para pembaca cerpen:
Medisa
Primasari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 2011:
"Cerpen-cerpen
yang dirangkai di dalam sini puitis, dan pemilihan diksinya bagus. Ditambah
alur ceritanya yang pas."
Nisha
Violyta Jurusan Management UPH 2011
"Damar
mampu berimajinasi tinggi tidak hanya drama saja ternyata tetapi juga dalam
tulisan. Alurnya juga jelas dan pasti ada akhir yang tak disangka."
Gisella
Sunyi Paradewari Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma
2011
"Cerita-cerita
pendeknya bagus-bagus karangan Damar. Terutama yang tentang biola dan musik
sangat kreatif dan unik. Dan ada banyak pengetahuan yang dibagi di
dalamnya."
M.
Haidar Razan Hilmi Jurusan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada 2011:
Keren! itu yang saya rasakan bahkan sejak
membaca paragraf pertama.
Damar mampu melukiskan bahkan momen-momen yang
sangat sederhana dalam untaian kalimat yang
"menyedot" pembacanya dalam pusaran
kesyahduan. Seperti momen yang terlalu sederhana semisal
"berkeringat dalam kamar kosan yang panas".(Cerpen Arpeggio Harmonic)
Kita
dapat merasakan hal itu jikalau kita mampu meresapi segala aspek di luar dari
nalar statis dan mulai mencari melankolia yang tercipta, seperti yang dilakukan
penulis, keep up the good work!
Cuplikan Akal Kolang-Kaling:
“Ndul, kamu ini tak punya hati apa masak
menyuruh anak sekecil itu untuk nyari uang?” tukasku kepada Bedoel yang adalah
teman mengamenku di sekitar selokan Mataram ini.
“Ben lah, sing penting aku iso dapet
duit!” serunya tanpa kasihan dengan bahasa jawanya yang agak kasar.
“Iku kui adhimu, ndul! Ra nduwe isin
kowe,” balasku sambil mendorongnya. Kesal sekali jelas. Bagaimana tidak
sahabatku yang dari kecil ini menyuruh adiknya mengemis di perempatan biasa
kita ngamen.
“Heh, Jo! Kowe ra ngerti tho? Orang
Jakarta itu kalo ngeliat kita ngamen biasa! Disana juga banyak! Tapi kalau
ngeliat adikku ini, pasti pada kasihan dan ngasihnya makin okeh!” serunya tak
berperasaan. Bagaimana tidak, adiknya saja umurnya belum sampai 4 tahun masak
iya sudah disuruh mengemis? Dalam hatiku, aku ingin sekali menampar Bedoel agar
ia sadar dari kegilaan akan uang ini.
“Ndul, sing penting itu bukan duite!
Tapi jiwa kamu sebagai masnya itu sudah tidak ada jika kamu hanya menjadikkan
adik kamu pengemis!” tukasku kesal langsung menusuk hati nurani Bedoel.
Bedoel terdiam. Sepertinya aku telah
berhasil menampar pikirannya agar sadar. Ia pun berdiri dari trotoar jalanan
tempat duduk. Ia pun menatapku dengan pandangan yang agak aneh.
Cerpen
ini mengisahkan cerita anak jalanan di pinggiran kota Jogja. Anak tersebut tak
terima akan nasibnya sebagai anak jalanan. Untung saja ada temannya yang selalu
setia menemani anak itu. Cerpen ini menjadi salah satu Karya Terfavorit LMCR
2011 kategori Umum tingkat Nasional.
Cuplikan Ketupat
Spesial:
Beberapa hari
kemudian, malam takbiran telah tiba. Karena Lebaran besok akan tiba. Aku tahu
bahwa Azizah dan ibunya pasti sibuk membuat ketupat lebaran buat besok. Begitu
juga dengan aku, aku juga ingin membuat sebuah ketupat spesial buat Azizah.
Malam itupun aku yang sudah mempersiapkan bahan-bahannya siap membuatnya
bersama dengan adikku, Anastasia. Butuh waktu yang cukup lama untuk membuatnya.
Untung saja malam itu aku berhasil membuat satu bakul ketupat spesial.
Esok harinya, aku menunggu shalat idul
fitri selesai. Karena habis itu aku hendak ke rumah Azizah untuk
bersilahturahmi. Ayah dan ibuku yang sedang pergi ke luar kota tak sempat
pulang untuk berlibur lebaran bersamaku. Cukup sedih memang, karena mereka tak
bisa menemui keluarga Azizah untuk bersilaturahmi.
Beberapa menit kemudian, seluruh umat
muslim sudah keluar dari masjid, tanda shalat sudah selesai. Aku merubah
rencanaku. Aku berlari ke luar rumah bersama adikku, dan menunggu Azizah dan
keluarganya lewat. Banyak sekali tetanggaku yang lewat. Sehingga aku menyalami
mereka dan bersilahturahmi dengan mereka yang lewat. Tak lama kemudian aku
melihat sesosok malaikat kecil berkerudung putih memancarkan senyumnya yang
manis kepadaku. Ialah Azizah. Ia mendekatiku dan menyapaku
Cerpen yang
bertemakan pluralisme ini pernah memenangkan karya terfavorit di LMCR 2010
kategori pelajar SMA yang diadakan Raya kultura bimbingan Ibu Naning Pranoto.
Beliau adalah Pengajar Creative Writing sekaligus Juri dalam lomba ini.
Cerpen ini
mengangkat kisah cinta dua pelajar yang berbeda agamad dan bagaimana mereka
menjalin hubungan bersama.
Cuplikan cerpen
Serenade Mimpi:
Bulan berdiri diam di angkasa sana.
Meratapi nasibnya yang malang di tengah kegelapan. Begitu juga bintang tampak
seperti butiran pasir di lautan kegelapan semesta. Sama halnya di kota ini.
Sungai jalanan mengalir deras secara laminer. Mobil-mobil yang hilir mudik di
hadapanku tidaklah lebih dari sebuah partikel kecil di saluran ini. Motor
apalagi. Gedung-gedung yang berbanjar rapi di seluruh penjuru kota adalah
bongkahan-bongkahan batu jika dlihat
dari atas pada siang hari. Apalagi aku. Aku tidaklah lebih dari sebuah amoeba
yang berukuran nano.
Kini aku berdiri di bawah sebuah
lampu merah yang merana. Kulihat dingin mencekik setiap pori-poriku. Wajar aku hanya mengenakan singlet putih yang
lusuh. Dengan topi , dan celana aku berkelana di malam yang ramai ini. Demi
mencari emas-emas kecil.
“Mantur nuwun, bu,” tukasku ketika
aku selesai mendendangkan gitarku yang kecil ini. Ya, benar aku seorang
pengamen jalanan.
Debu yang tak kelihatan diam-diam
menghantam selaput mataku. Aku pun sering sekali mengusap mata disaat lampu
lalu lintas menyala hijau.
Sungguh sedikit sekali hasil
tambangku kali ini. Emas yang kuperoleh tidaklah seberat biasanya. Wajar dewasa ini, banyak orang berpikir bahwa
pengemis tidaklah lebih dari seorang pemalas yang tidak bekerja. Atau bahkan
banyak orang berpikir pengamen adalah anak-anak yang dipaksa bekerja mencari
nafkah oleh orang-orang tuanya yang malas.
Cerpen ini
mengajarkan bagaimana kita bisa menghargai buku sebagai ilmu dengan banyak
mempelajarinya. Karena mereka yang belum bisa mencicipi buku sangat
menginginkannya demi mengubah nasib mereka. Dan kita harus bersyukur atas
karunia yang diberikan oleh Tuhan YME yaitu karunia untuk belajar di Sekolah
atau Universitas yang kita inginkan.